Kamis, 26 Desember 2019

Puisi - Gladiol (untuk Korban dan Penyintas Kekerasan Seksual)



denyutmu, anyelir kuning dan lily oranye
tak mudah ditukar hydrangea ungu
tersesat aku di tamanmu
yang cerah di warna saja

perampas tanah melenggang penuh kuasa
merusak sesukanya karena suka
memanfaatkan segalanya tersebab bisa
membongkar-pasang otak berpendidikan dan hati berkeadilan
ia dan berbagai wajah, kau yang paling kenal lakon itu

setiap pembela berkata mereka ciptaan Tuhan
dan ketidaksempurnaan mutlak adanya
bahwa ada rayu-goda, iman lemah,
konflik cinta, dan kebaikan pelaku jauh lebih terasa
setiap pembela mereka seolah lupa
kau punya rasa, punya nama, punya luka
hargamu jauh lebih tinggi dari reputasi lembaga
jauh lebih mahal dari citra baik dan akreditasi A

tetaplah bernyawa, hiduplah berjiwa
hari esok tak pernah palingkan muka
maafkan kami yang gagal melindungimu
namun kami takkan meninggalkanmu
terima kasih untuk bertahan
mari bersama kita melawan

anyelir kuning dan lily oranye masih ada
hydrangea ungu semoga terus ada
dan kami membawa ragam semaian
aneka tulip dan mawar
daffodil, krisan, bahkan bunga matahari
lalu tumbuhlah gladiol

diatama, 27 Desember 2019
untuk semua korban dan penyintas, kami mencintai kalian

PS: gladiol dapat berarti ketulusan, doa dan harapan, keterbukaan, serta karakter yang kuat

Rabu, 25 Desember 2019

#TamansariMelawan: Menghitung Memori

Menghitung Memori

-sudut pandang Tamansari

Jepretan arif_danun via @tamansarimelawan


Aku melihat mereka tumbuh
Menangis terjatuh
Tertawa seolah warna abadi
Berbunga cinta
Belajar mendewasa
Menguntai generasi

Aku mendengar mereka merintih
enggan berkubang sedih
Ingin kuhapus luka itu
Namun tangan pun aku tak ada
Mereka belum punah
Meski aku tinggal reruntuhan sisa

Aku menyayangi mereka
yang menyayangiku sama besarnya
Dapatkah mereka bersamaku lebih lama?

Kau serakah
Mereka marah
Kau memang berkuasa
Tapi mereka punya rasa

Mereka bertahan
Mereka bahagia
Mereka melawan
Mereka bergembira

Aku menghitung
Aku mengutuk
Aku, tanah yang kaugusur
Kapan kau boleh kukubur?

Malang, 14 Desember 2019
diatama

Minggu, 24 Maret 2019

Puisi - Badai Tak Berpelangi #KamiBersamaSuaraUSU

(silakan baca cerpennya)


Badai Tak Berpelangi
--Obrolan Aku dan 'Aku'* di Ruang Imaji

ini rilis dari @persmahasiswa


(I)
semua menolak hadirmu di dekatnya
"di neraka pun kau akan dijauhi!" bunyi teriakan di telinga
keluargamu hancur karena kebaikan
tumbuh dalam sepi dan ketidakpercayaan
bahkan, cinta terlalu mewah
semua seolah utopia

kau berbeda
tanpa dipahami mengapa
tanpa tahu harus kemana
atau dimana kau 'ada'
tanpa dipeluk "kamu punya kita"
atau setidaknya digandeng harus bagaimana

kau dianggap sampah dunia
sedangkan koruptor dibela
pelanggar HAM dibela
kapitalis dipuja
agama menjadi lahan panen suara
kemanusiaan menjadi dalih panen laba

"kau berbeda, kau pendosa!"
--pun aku ... dan mereka
semua punya hitam dengan catatan berbeda


(II)
mereka menulis sedikit resahmu, beberapa cuil saja
kau terharu dari balik sekat maya
tapi nama-nama di sekitar mereka nyaris setingkah
dihakimilah kau di dunianya
dihakimi pula mereka dengan tombak rupa-rupa
"media macam apa yang mendukung si pelangi nista?"

kau menangis,
"sulit. tidak semua yang bernyawa, berjiwa.
semua punya nama, tapi tak semua punya rasa.
akal dangkal, nalar gampang terbakar"
kau berteriak, "jangan hakimi mereka juga!"
suaramu tak sampai.

tapi percayalah padaku, mereka kuat
cukup mampu 'tuk lewati badai penentang pelangi
saat hari kian berat, jangan lupa mereka tak sendiri
bersama mereka kami siap berdiri

semua tulisan memang bukan cuma milik penulis
pembaca berhak dengan segala tafsir
tapi penghakiman tidak segampang ajakan bermain
kebebasan mimbar akademik harus lebih dilindungi

ketika sastra yang katanya lebih bebas dibungkam
cerpen saja mengganggu, dan pembaca malas berpikir lebih jauh,
apa yang biasa orang-orang itu baca?

Malang, 25 Maret 2019 -- diatama
*'aku' adalah tokoh utama dalam cerpen

#KamiBersamaSuaraUSU
agak tidak percaya diri menulis ini karena aku masih ingin fokus mendalami biar bisa menikmati puisi ... tapi setidaknya lewat puisi aku ingin bersolidaritas. :') lagian kalau puisinya bagus nanti maknanya susah dihayati dan tersampaikan ehee (halah ngeles aja kamu din)
oh iya dulu juga nulis buat balairung kali aja belum baca

Rabu, 16 Januari 2019

Puisi - Citra Agni #KamiBersamaBalairung



(catatan: citra/cit·ra/ kl n 1 rupa; gambar; gambaran <kbbi> / Sanskrit: अग्नी, Agnī "Api")


Citra Agni

oleh diatama

sumber: ppmimalang


ada nyala tak padam
ada pena tak pejam
beriring di tanah kusam

ada yang turut mengombak
ada yang hendak mengoyak

bilamana api membakar secuil topeng
salahkah ia untuk hangusmu?
bukankah ia hangat nan indah
bila kamu tak bejat bertingkah?

lantas, kala pena gambarkan kisah
dosakah ia bertinta?
bukankah fakta dan dusta
setipis garis pantai dan angkasa?
tinggal sekuat apa menggali kebenaran
dari balik benteng pengabaian
tinggal segigih apa melawan
menghimpun lentera-lentera di ganas aliran
ya! kita pernah remang, tapi takkan padam

ada bunyi tak redam
ada desir menghunjam
mereka boleh coba menikam
tapi takkan berhasil membungkam

di luar hujan, selamat malam


Malang, 16 Januari 2019

#KamiBersamaBalairung #KitaAgni #TolakKriminalisasiJurnalis #StopIntimidasiPersma

Rabu, 02 Januari 2019

Lima Nyinyiran tentang Omdiks, Nomor Enam Bikin Kamu Emosi

Gaes, udah pernah dengar tentang Omah Diksi alias Omdiks?
Aku belum tahu tempat ini sepopuler apa. Grab driver kadang suka tanya "Mbak, ini di mana?" atau "Mbak, ini tempat apa?" Yang jelas Omdiks adalah warung kopi ter-lovelove (anggap saja ini emot hati berwarna biru). Alamatnya di Jalan Terusan Sigura-gura blok H nomor 180, kelurahan Karangbesuki, Sukun, Malang. Jam operasional Omdiks pukul 16.00 - 22.00 WIB.

Sekarang aku tidak akan membahas filosofi nama atau visi misi atau sejarah Omdiks. Barangkali ntar jika ada kesempatan lain setelah hamba sudah cukup menimba ilmu Omdiks dengan ngopi 24 SKS. Aku cuma pengen belajar nyinyir berfaedah. Nih, kukasih lima nyinyiran random tentang Omdik.

1. Ramah di kantong sobat misqin kayak kita

Daftar menu terbaru Omdik

Harga menu di Omdiks sekitar dua kali lebih murah ketimbang tempat-tempat yang rada elit. Bisa dibaca sendiri lalu dimaklumi; menu-menunya pun cukup perutable. Perut senang, dompet selamat. SmackQueen YaQueen!1!1!
Sedikit berbagi cerita, menu yang paling sering kupesan adalah coklat panas (yang kalau setelah jangka waktu tertentu butuh diaduk). Menu di luar menu(?) yang pernah kupesan adalah es coklat jahe. Menu yang pernah paling kunantikan adalah wedang jahe (sekitar dua jam penantian. Pelajaran yang bisa kuambil adalah, salah satu implementasi perikeomdiksan yaitu jangan memesan menu yang agak ribet saat di Omdiks ada acara. Namun, emang pada zaman itu mas-masnya mager maksimal sama jahe).

2. Kalau kamu anak persma yang lagi males sama dunia persma, jangan ke Omdiks!
Gimana ya, lur? :') Dari jajaran pengurus, penghuni, sampai pengunjung kita bakal berbagi udara sama temen-temen persma. Bisa dibilang pasar terbesar Omdiks adalah anak persma. Omdiks juga jadi tempat tinggal beberapa anak persma.
Bayangin nih, kamu lagi sumpek, pengen ngopi. Ketemu anak persma, ingat lagi. Apalagi kalau baru selangkah dari pintu udah lihat ritual persma. Apalagi kalau kamu bosen lihat tampang-tampang anak persma.
Tapiii, kalau kamu pengen mengubah cara pandang, jadikan penampakan ini sebagai bala bantuan atau pengalihan pikiran, bukan ujian. Bisa juga buat belajar untuk tidak menganggap orang lain ada saat tidak ingin bertemu siapa pun kecuali kru Omdiks yang mengantar kopi dan menerima uangmu.

3. Hari-hari Omdiks diwarnai acara anti gabut
Di Omdiks sering bikin dan atau ditempatin buat acara, tapi ingatlah Omdiks bukan warkop event kaleng-kaleng. Tahun lalu, Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Kota Malang merayakan Dies Natalis PPMI bertema "Gerak Persma dalam Seni dan Sastra" di Omdiks. Besok banget, Omdiks mengadakan agenda rutinan Sore Ojo Sare (SOS). Yuk berbagi pengalaman baca buku Kekerasan dan Identitas karya Amartya Sen bareng mas Bli. Cek ig Omdiks @omahdiksi

4. Harus kuakui, tempatnya nyaman

suasana di salah satu sudut Omdik

Wifi? Cek.
Buku? Cek. Ada cukup banyak buku.
Suasana? Cek. Homey, cuy. Nyaman buat aktivitas normal, seperti: menulis puisi (beberapa bisa di-scroll di blog ini), mengedit tulisan, mengerjakan tugas, rapat, dan membaca buku. Nyaman buat beragam aktivitas sans: mabar, bikin origami, gitaran, ngisengin orang, main sama kucing, dan melamun tentang bagaimana masa depan kita di dunia paralel.
Teman ngopi? Cek. Pada zaman di mana aku sedikit lebih kalem, aku pernah ngobrol sama mas Erza (Eruza-san wa ... dare? Siapakah dia bagi Omdiks hayooo? Iie, bukan Erza Scarlet); “Mas, agak ntar aku kesananya, masih belum ada temen.” Jawaban beliau begitu mencerahkan, “Sini aja, ada banyak temen.” Kalau kalian masih loading, ini berhubungan dengan poin 2. Eh, di Omdiks kita bisa ketemu wankawan sediksi juga.
Kelupaan, ini link yang di foto: https://sediksi.com/5-hal-yang-dapat-kamu-lakukan-saat-depresi/

5. Setiap perempuan yang ngopi di sini bagaikan Cinderella
Once upon a time perempuan ngopi lama, diusir pulang happily ever after. Ada jam malam buat kaum Hawa (kos-kosanku aja kalah). Sebelum Omdiks ditata ulang, jam malam buat perempuan itu pukul sebelas malam. Sekarang semakin di depan dong, pukul sepuluh malam. Jam malam ini bersumber dari izin warga setempat. Warung kopi yang baik harus menghargai lingkungannya. Kalau ada perempuan ngeyel karena terlalu nyaman atau khilaf sampai lupa waktu, bakal dinyanyiin kode keras: Kamu harus, cepat pulang~ (Akhir-akhir ini gak dinyanyiin, mungkin udah sadar kalau suara belum semerdu bang Arif Alfiansyah).

Sudah.
mengawali agenda ngopi 2019 (01/01)

Kalau kalian punya nyinyiran, kenangan, dan atau gagasan tentang Omdiks sabi ngets ikutan nulis buat https://sediksi.com/nyinyirin-omdiks-dapat-hadiah-menariks/. Kalau di tulisan kalian ada akunya juga gpp .___. Mungkin masuk golongan pengunjung yang suka bertingkah absurd  eh kawaii. Hahaha.

Hei, setelah baca ini nggak pengen ngopi bareng kah? '~')
Sampai ketemu di Omdiks!
#NyinyirinOmdik

(diatama)