Sabtu, 22 Desember 2018

Puisi - Panjatnya, "Kepada Bapa Kami di Surga"

Panjatnya, "Kepada Bapa Kami di Surga"
oleh diatama

sumber: Veronica Koman

bangsa tak terpeta berdarah di tanah emas
sepatu menginjak perut lapar
hutan adat kami diancam
di depan dahi, moncong senjata tertawa liar
tapi mereka tutupi dari para pencari kabar

kami lari
peluru berdesing
pukulan tak sungkan nyaring
langit jatuhkan requiem kimiawi
"oh, ini cinta?"
satu menjadi harga mati
ya, nyawa saudara-saudara kami tampak tak berarti

mereka merekat paksa, tanpa hangat rasa
masih manusiakah kami di mata mereka?

Bapa, tuntun kami ke damai kerajaan-Mu
berkati juang melawan penindas yang belum puas hati

Desember, dua puluh dua
cemara belum kami hias
anak cucu belum sempat berkelakar tentang Sinterklas
perempuan ingin merajut noken
lelaki awas terhadap tegap tentara
pemuda rantau khusyuk senandungkan puja-puji
tentu bersama doa-doa revolusi
kendati badan remuk pasca dipukuli
tapi kasih Natal tak terusik dalam nurani termurni
meski tak mengerti, apakah esok masih ada napas ini

bersama Papua, 22 Desember 2018

Ps: maaf, tadinya pengen pakai gaya bicara Papua tapi gak bisa T_T
Ps.s: tolong jangan ngoceh gak jelas tentang kawan-kawan Papua, apalagi bawa-bawa muatan politik 2019, apalagi pakai ngata-ngatain rasis. kalau mau memahami Papua, banyak-banyak baca dan ayo diskusi dengan waras nan terbuka. kalau gak mau, ketimbang gak bisa berempati mending sana terusin koar-koar tentang negeri orang, atau kisruh kampret-cebong, atau mabok agama atau mabok minuman juga gapapa.

Minggu, 09 Desember 2018

Puisi - Puisi yang Belum Selesai


10 Desember ke-70 sejak hari itu ....

sumber: https://www.bbc.co.uk/programmes/p06v2qs2

Puisi yang Belum Selesai

setiap aksara terwujud nyawa
tetes darah selalu bicara
hitam masih lebih kelam
selama apa pun sembunyi tenggelam

antara ingat dan lupa, kita bertanya pada hujan sepuluh Desember
berapa keringat dan air mata, dari mula hingga sisa meluber
payung hitam lebih merah ketimbang rona mawar merekah
uang menguras air dan tanah, bahkan nyawa dapat tertumpah

"manusia!"
begini kita berkata pada kaca
yang basah
buram lalu dipecah
siapa?

tugas kita esok hari
berjuang menggali
bertahan kini
jangan berhenti
tersebab hari lalu
terlalu, terharu palsu

Malang, 10 Desember 2018
(diatama)