Panjatnya, "Kepada Bapa Kami di Surga"
oleh diatamasumber: Veronica Koman |
bangsa tak terpeta berdarah di tanah emas
sepatu menginjak perut lapar
hutan adat kami diancam
di depan dahi, moncong senjata tertawa liar
tapi mereka tutupi dari para pencari kabar
kami lari
peluru berdesing
pukulan tak sungkan nyaring
langit jatuhkan requiem kimiawi
"oh, ini cinta?"
satu menjadi harga mati
ya, nyawa saudara-saudara kami tampak tak berarti
mereka merekat paksa, tanpa hangat rasa
masih manusiakah kami di mata mereka?
Bapa, tuntun kami ke damai kerajaan-Mu
berkati juang melawan penindas yang belum puas hati
Desember, dua puluh dua
cemara belum kami hias
anak cucu belum sempat berkelakar tentang Sinterklas
perempuan ingin merajut noken
lelaki awas terhadap tegap tentara
pemuda rantau khusyuk senandungkan puja-puji
tentu bersama doa-doa revolusi
kendati badan remuk pasca dipukuli
tapi kasih Natal tak terusik dalam nurani termurni
meski tak mengerti, apakah esok masih ada napas ini
bersama Papua, 22 Desember 2018
Ps: maaf, tadinya pengen pakai gaya bicara Papua tapi gak bisa T_T
Ps.s: tolong jangan ngoceh gak jelas tentang kawan-kawan Papua, apalagi bawa-bawa muatan politik 2019, apalagi pakai ngata-ngatain rasis. kalau mau memahami Papua, banyak-banyak baca dan ayo diskusi dengan waras nan terbuka. kalau gak mau, ketimbang gak bisa berempati mending sana terusin koar-koar tentang negeri orang, atau kisruh kampret-cebong, atau mabok agama atau mabok minuman juga gapapa.